Minggu, 14 Desember 2014

Kisah Seks Selingkuh Dengan Ibu Mertua Tujuh Tahun Silam Part 3

Share it Please
Kisah Seks Selingkuh Dengan Ibu Mertua Tujuh TahunSilam Part 3. Deg deg jantungku berdebar saat Ibu mertuaku menghampiriku, langsung mengelus elus burungku yang masih terbungkus celana pendek. Aku hendak menegurnya, namun rasa penasaran dengan apa yang terjadi 2 hari ini dan apa yang akan dilakukan Ibu mertuaku membuat aku terus berpura-pura tertidur. Ibu mertuaku pun langsung menurunkan celana pendek serta celana dalamku tanpa rasa canggung atau takut kalau aku dan istri ku terbangun, atau mungkin juga mertuaku sudah yakin kalau kami sudah sangat nyenyak sekali. Blass lepas sudah celanaku! Aku telanjang, jantungkupun makin berdebar, aku terus berpura- pura terdidur dengan rasa penasaran atas perbuatan Ibu mertuaku.

Aku menahan nafas saat Ibu mertuaku mulai menjilati dan mengulum kemaluanku, hampir aku mendesah, aku mencoba terus bertahan agar tidak mendesah dan membiarkan Ibu mertuaku terus melanjutkan aksinya. Kemaluanku sudah berdiri dengan tegaknya, Ibu mertuaku dengan asiknya terus mengulum kemaluanku tanpa tahu bahwa aku tidak tertidur. Jujur aku akui, bahwa aku juga sebenarnya sudah sangat terangsang sekali. Ingin rasanya saat itu juga aku bangun langsung menerkam mencumbu dan menyetubuhi Ibu mertuaku. Kutahan semua gejolak birahiku dan ku biarkan Ibu mertuaku terus melanjutkan aksinya. Tiba-tiba Ibu mertuaku melepas kulumannya dan bangkit berdiri, aku terus memperhatikanny a dan blesss mertuaku melepas dasternya, ternyata dibalik daster tersebut mertuaku sudah tidak memakai BH dan celana dalam lagi.

Aku sangat berdebar dag dig dug suara jantungku saat menyaksikan tubuh telanjang Ibu mertuaku, apalagi ketika Ibu mertuaku mulai naik ketempat tidur langsung mengangkangiku tepat diatas burungku makin tak karuan detak jantungku. Digemgamnya kemaluanku, diremas halus sambil dikocok-kocok perlahan, kemudian di gesekgesekan ke memek Ibu mertuaku. Aku sudah tidak tahan lagi! Ingin rasanya langsung kumasukan kontolku! Sambil berjongkok, burungkupun diarahkannya kelubang surga Ibu mertuaku! perlahan-lahan sekali beliau menurunkan pantatnya memasukan burungku ke memeknya! sambil memejamkan mata menikmati mili demi mili masuknya burungku ke sarangnya. “Ahh.. ahh nikmat”, jerit mertuaku, saat semua burungku telah amblas masuk tertelan memek Ibu mertuaku. Sambil terus berpura-pura tertidur aku menahan gejolak birahiku yang sudah memuncak. “Ahh Ibu mertuaku menjerit tertahan saat beliau mulai naik turun bergoyang menikmati rasa nikmat yang beliau rasakan. Ibu mertuaku terus menjerit mendesah tanpa takut aku, istri dan anakku atau bapak mertuaku terbangun. Ibu mertuaku terus bergoyang naik turun.

Belum beberapa lama menaik turunkan pantatnya, tubuh Ibu mertuaku mengejang. “Ahh nikkmat” jerit panjang Ibu mertuaku. Rupanya Ibu mertuaku baru saja mendapatkan orgasmenya. Ibu mertuaku langsung rebah menindih tubuhku mencium bibirku membelai kepalaku seperti, seorang istri yang baru saja selesai bersetubuh dengan suaminya, aku langsung membuka mataku. “Jadi selama ini aku tidak bermimpi! dan tidak pula tidur dengan mahluk halus!” Ibu mertuaku bangkit karena kaget. “Mass ka mu ng gak ti dur? kamu nggak meminum wedang yang Ibu bikin?” “Tidak Bu! aku tidak meminumnya” Ibu mertuaku salah tingkah dan serba salah! mukanya memerah tanda beliau mengalami malu yang sangat luar biasa. Aku bangkit dan duduk ditepi ranjang, “Mass” Ibu mertuaku menangis sambil duduk dan memeluk kakiku. “Ammpuni Ibu, Mass” Aku merasa kasihan melihat Ibu mertuaku seperti itu, karena aku sendiripun sudah sangat terangsang akibat permainan Ibu mertuaku tadi. “Bu aku belum tuntas!” aku angkat mertuaku, aku peluk, dan kucium bibirnya. “Sudah Bu, jangan menangis! aku juga menikmatinya kok Bu!”. Kulepas bajuku, kami berdua sudah telanjang bulat, kupeluk Ibu mertuaku dan kamipun berciuman dengan buasnya. “Ahh Mas.. nikmat.. Mas..”, saat kuhisap dan kuremas tetek mertuaku yang sudah kendur. “Ah.. Mas nikmat..”, kutelusuri seluruh tubuhnya, dari teteknya, terus kuciumi perutnya yang agak gendut. “Ahh Mass”, jeritnya, saat kuhisap kemaluannya, kujilati itilnya sambil ku gigit gigit kecil.

Dua jarikupun terbenam di dalam memek ibu mertuaku, jeritan mertuaku makin tak terkendali, apalagi disaat dua jariku mengocok dan menari- nari dilubang memeknya dan lidahku menari nari di itilnya. “Ahh.. Mass Ibu mau keluar lagi.. ahh! Ibu keluarr!, aarrgghh”, jerit ibu mertuaku. Tanpa sadar kaki mertuaku menjepit kepalaku! Sampai sampai aku tidak bisa bernapas. “Enak Bu?” “Enak sekali Mas”. Kucium kembali mertuaku. “Bu.. apa I nanti nggak bangun?” “Tenang Mas! Wedang itu merupakan obat tidur buatan Ibu yang paling ampuh!” “Tidak berbahaya Bu?” “Tidak Mas”. Kugeluti kembali mertuaku.. kucium.. kuhisap teteknya. Kucolok-colok memeknya dengan dua jari saktiku. “Oohh Mass masukin Mass Ibu sudah nggak tahan lagi.. Mas”. Dengan gaya konvensional langsung kuarahkan kontolku ke lubang surga Ibu mertuaku, dan akhirnya masuk sudah. “Oh.. Mas nikmat sekali..”. “Iya Bu.. aku juga nikmat.. memek Ibu nikmat sekali.., goyang terus Bu..”.

Kamipun terus berpacu dalam nikmatnya lautan birahi. Aku mendayung naik turun dan Ibu mertuaku bergoyang seirama dengan bunyi kecipak-kecipak dari pertemuan dua alat kelamin kami. “Ohh Mas.. Ibu mau keluar lagi..”. Rupanya Ibu mertuaku orang yang gampang meraih orgasme dan gampang kembali pulihnya, aku pun tak mau kehilangan moment. “Tahan Buu!, sedikit lagi akuu juga keluarr..”, sambil kupercepat goyangan keluar masuk kontolku. “Akk Mass, Ibu sudah nggak kuatt”. Dan serr serr aku merasakan kemaluanku seperti di siram air yang hangat rasanya. Akupun sudah tak kuat lagi menahan ejakulasiku! “Ibuu aacchh, cret.. cret.. cret..”, akupun rubuh memeluk Ibu mertuaku. “Bu!, jadi yang yang kemarin-kemarin itu Ibu yang melakukannya?” “Iya Mas, maafin Ibu! Ibu jatuh cinta sama Mas P sejak pertama kali Ibu melihat Mas. Apalagi Bapak sudah lama terserang impotensi”. “Kenapa harus seperti pencuri Bu?”. “Ibu takut ditolak Mas! lagi pula Ibu malu, sudah tua kok gatel”. “Apa semua mantu Ibu, Ibu perlakukan seperti ini?”. Sambil melotot Ibu mertuaku berkata, “Tidak Mas! Mas P adalah lelaki kedua setelah bapak, Mas lah yang Ibu sayangi”. Kucium kembali mertuaku, kupeluk. “Mulai besok Ibu jangan pakai wedang lagi, untuk Ibu, aku siap melayani, kapanpun Ibu mau”. Kamipun bersetubuh kembali, tanpa mempedulikan bahwa di sampingku, istri dan anakku tertidur dengan pulasnya. Tanpa istriku tahu! didekatnya aku dan ibunya sedang menjerit jerit mereguk nikmatnya persetubuhan kami. Bersambung.

By : A.S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers

Follow The Author