Kisah Seks Selingkuh Dengan Ibu Mertua Tujuh TahunSilam Part 3. Deg deg jantungku berdebar saat Ibu mertuaku menghampiriku,
langsung mengelus elus burungku yang masih terbungkus celana pendek. Aku hendak
menegurnya, namun rasa penasaran dengan apa yang terjadi 2 hari ini dan apa
yang akan dilakukan Ibu mertuaku membuat aku terus berpura-pura tertidur. Ibu
mertuaku pun langsung menurunkan celana pendek serta celana dalamku tanpa rasa
canggung atau takut kalau aku dan istri ku terbangun, atau mungkin juga mertuaku
sudah yakin kalau kami sudah sangat nyenyak sekali. Blass lepas sudah celanaku!
Aku telanjang, jantungkupun makin berdebar, aku terus berpura- pura terdidur
dengan rasa penasaran atas perbuatan Ibu mertuaku.
Aku menahan nafas saat Ibu mertuaku mulai menjilati
dan mengulum kemaluanku, hampir aku mendesah, aku mencoba terus bertahan agar
tidak mendesah dan membiarkan Ibu mertuaku terus melanjutkan aksinya.
Kemaluanku sudah berdiri dengan tegaknya, Ibu mertuaku dengan asiknya terus
mengulum kemaluanku tanpa tahu bahwa aku tidak tertidur. Jujur aku akui, bahwa
aku juga sebenarnya sudah sangat terangsang sekali. Ingin rasanya saat itu juga
aku bangun langsung menerkam mencumbu dan menyetubuhi Ibu mertuaku. Kutahan
semua gejolak birahiku dan ku biarkan Ibu mertuaku terus melanjutkan aksinya.
Tiba-tiba Ibu mertuaku melepas kulumannya dan bangkit berdiri, aku terus
memperhatikanny a dan blesss mertuaku melepas dasternya, ternyata dibalik
daster tersebut mertuaku sudah tidak memakai BH dan celana dalam lagi.
Aku sangat berdebar dag dig dug suara jantungku saat
menyaksikan tubuh telanjang Ibu mertuaku, apalagi ketika Ibu mertuaku mulai
naik ketempat tidur langsung mengangkangiku tepat diatas burungku makin tak
karuan detak jantungku. Digemgamnya kemaluanku, diremas halus sambil
dikocok-kocok perlahan, kemudian di gesekgesekan ke memek Ibu mertuaku. Aku
sudah tidak tahan lagi! Ingin rasanya langsung kumasukan kontolku! Sambil
berjongkok, burungkupun diarahkannya kelubang surga Ibu mertuaku!
perlahan-lahan sekali beliau menurunkan pantatnya memasukan burungku ke
memeknya! sambil memejamkan mata menikmati mili demi mili masuknya burungku ke
sarangnya. “Ahh.. ahh nikmat”, jerit mertuaku, saat semua burungku telah amblas
masuk tertelan memek Ibu mertuaku. Sambil terus berpura-pura tertidur aku
menahan gejolak birahiku yang sudah memuncak. “Ahh Ibu mertuaku menjerit
tertahan saat beliau mulai naik turun bergoyang menikmati rasa nikmat yang
beliau rasakan. Ibu mertuaku terus menjerit mendesah tanpa takut aku, istri dan
anakku atau bapak mertuaku terbangun. Ibu mertuaku terus bergoyang naik turun.
Belum beberapa lama menaik turunkan pantatnya, tubuh
Ibu mertuaku mengejang. “Ahh nikkmat” jerit panjang Ibu mertuaku. Rupanya Ibu
mertuaku baru saja mendapatkan orgasmenya. Ibu mertuaku langsung rebah menindih
tubuhku mencium bibirku membelai kepalaku seperti, seorang istri yang baru saja
selesai bersetubuh dengan suaminya, aku langsung membuka mataku. “Jadi selama
ini aku tidak bermimpi! dan tidak pula tidur dengan mahluk halus!” Ibu mertuaku
bangkit karena kaget. “Mass ka mu ng gak ti dur? kamu nggak meminum wedang yang
Ibu bikin?” “Tidak Bu! aku tidak meminumnya” Ibu mertuaku salah tingkah dan
serba salah! mukanya memerah tanda beliau mengalami malu yang sangat luar biasa.
Aku bangkit dan duduk ditepi ranjang, “Mass” Ibu mertuaku menangis sambil duduk
dan memeluk kakiku. “Ammpuni Ibu, Mass” Aku merasa kasihan melihat Ibu mertuaku
seperti itu, karena aku sendiripun sudah sangat terangsang akibat permainan Ibu
mertuaku tadi. “Bu aku belum tuntas!” aku angkat mertuaku, aku peluk, dan
kucium bibirnya. “Sudah Bu, jangan menangis! aku juga menikmatinya kok Bu!”.
Kulepas bajuku, kami berdua sudah telanjang bulat, kupeluk Ibu mertuaku dan
kamipun berciuman dengan buasnya. “Ahh Mas.. nikmat.. Mas..”, saat kuhisap dan
kuremas tetek mertuaku yang sudah kendur. “Ah.. Mas nikmat..”, kutelusuri
seluruh tubuhnya, dari teteknya, terus kuciumi perutnya yang agak gendut. “Ahh
Mass”, jeritnya, saat kuhisap kemaluannya, kujilati itilnya sambil ku gigit
gigit kecil.
Dua jarikupun terbenam di dalam memek ibu mertuaku,
jeritan mertuaku makin tak terkendali, apalagi disaat dua jariku mengocok dan
menari- nari dilubang memeknya dan lidahku menari nari di itilnya. “Ahh.. Mass
Ibu mau keluar lagi.. ahh! Ibu keluarr!, aarrgghh”, jerit ibu mertuaku. Tanpa
sadar kaki mertuaku menjepit kepalaku! Sampai sampai aku tidak bisa bernapas.
“Enak Bu?” “Enak sekali Mas”. Kucium kembali mertuaku. “Bu.. apa I nanti nggak
bangun?” “Tenang Mas! Wedang itu merupakan obat tidur buatan Ibu yang paling
ampuh!” “Tidak berbahaya Bu?” “Tidak Mas”. Kugeluti kembali mertuaku.. kucium..
kuhisap teteknya. Kucolok-colok memeknya dengan dua jari saktiku. “Oohh Mass
masukin Mass Ibu sudah nggak tahan lagi.. Mas”. Dengan gaya konvensional
langsung kuarahkan kontolku ke lubang surga Ibu mertuaku, dan akhirnya masuk
sudah. “Oh.. Mas nikmat sekali..”. “Iya Bu.. aku juga nikmat.. memek Ibu nikmat
sekali.., goyang terus Bu..”.
Kamipun terus berpacu dalam nikmatnya lautan birahi.
Aku mendayung naik turun dan Ibu mertuaku bergoyang seirama dengan bunyi
kecipak-kecipak dari pertemuan dua alat kelamin kami. “Ohh Mas.. Ibu mau keluar
lagi..”. Rupanya Ibu mertuaku orang yang gampang meraih orgasme dan gampang
kembali pulihnya, aku pun tak mau kehilangan moment. “Tahan Buu!, sedikit lagi
akuu juga keluarr..”, sambil kupercepat goyangan keluar masuk kontolku. “Akk
Mass, Ibu sudah nggak kuatt”. Dan serr serr aku merasakan kemaluanku seperti di
siram air yang hangat rasanya. Akupun sudah tak kuat lagi menahan ejakulasiku!
“Ibuu aacchh, cret.. cret.. cret..”, akupun rubuh memeluk Ibu mertuaku. “Bu!,
jadi yang yang kemarin-kemarin itu Ibu yang melakukannya?” “Iya Mas, maafin
Ibu! Ibu jatuh cinta sama Mas P sejak pertama kali Ibu melihat Mas. Apalagi Bapak
sudah lama terserang impotensi”. “Kenapa harus seperti pencuri Bu?”. “Ibu takut
ditolak Mas! lagi pula Ibu malu, sudah tua kok gatel”. “Apa semua mantu Ibu,
Ibu perlakukan seperti ini?”. Sambil melotot Ibu mertuaku berkata, “Tidak Mas!
Mas P adalah lelaki kedua setelah bapak, Mas lah yang Ibu sayangi”. Kucium
kembali mertuaku, kupeluk. “Mulai besok Ibu jangan pakai wedang lagi, untuk
Ibu, aku siap melayani, kapanpun Ibu mau”. Kamipun bersetubuh kembali, tanpa
mempedulikan bahwa di sampingku, istri dan anakku tertidur dengan pulasnya.
Tanpa istriku tahu! didekatnya aku dan ibunya sedang menjerit jerit mereguk
nikmatnya persetubuhan kami. Bersambung.
By : A.S
Tidak ada komentar:
Posting Komentar